Ruang Hampa

Posted by Unknown on 12:10 AM


   Kenalkan namaku Rini, aku seorang pelajar SMA yang sedang menempati bangku kelas 3. Aku tinggal bersama bibi di Kota Kembang, Bandung. Ibuku meninggal ketika aku berumur 5 tahun, sedangkan ayah... ia tak tahu dimana keberadaannya. Ayahku dulu seorang pengangguran yang kerjanya hanya bersantai dan tidur saja. Dulu, orangtuaku sering bertengkar karena masalah ekonomi yang harus kami hadapi, seperti masalah hutang yang semakin lama semakin meggunung karena kebutuhan keluarga yang harus terpenuhi. Untung saja, bibi selalu membantu keluarga kami yang sedang sengsara dan tak tahu cara melunasi hutang yang terus menumpuk itu. Walau keluarga kami sengsara, ibu selalu menutupinya di depanku, dan terus memasang wajah cantiknya dan senyuman indahnya ketika aku bertanya - tanya.

   " Bi, aku berangkat sekolah ya.." sahutku dari depan pintu rumah. "Iya, hati - hati di jalan ya Ka!". 'Ka' itulah panggilan bibi kepadaku pada awal kami menjadi keluarga. Awalnya, aku adalah seorang anak perempuan yang selalu diam mematung di dalam kamar setelah kepergian orangtuaku. Tetapi, ada bibi yang selalu menghiburku disaat jiwa ini terasa hampa bagai dalam ruang kosong nan gelap. Aku berangkat sekolah pukul 5.30 pagi karena jarak rumah ke sekolah yang cukup jauh, dan aku harus banyak jalan kaki karena ongkos ke sekolah yang 'kurang'. Sampai di sekolah aku harus bersihkan kelas agar saat pelajaran dimulai, kelas sudah bersih dan nyaman untuk digunakan teman - teman di kelas sering menyebutku rajin dan itu menjadi sebuah pujian yang terisi dalam memoriku selamanya. Selain rajin, nilai - nilaiku selalu bagus, jarang aku dapat angka merah. Jam 7.30 pelajaran pun dimulai. Pukul 9.40 adalah waktu istirhat. Aku langsung membuka bekal yang dipersiapkan tadi pagi. Menu hari ini adalah nasi kecap dengan tahu. Menu yang hampir setiap hari mengisi perutku di sekolah. Selesai menyantap bekal yang enak, aku pergi ke WC. "Sial, ada anak-anak itu lagi..". Aku anak yang baik, tetapi masih saja ada orang lain yang tidak baik padaku.
   Mereka hanya bermain-main mencari kesenangan dengan menjahiliku. Aku muak dengan mereka, aku ingin mereka hilang dari dunia ini. Aku berjalan ke arah WC putri sambil sedikit mengendap-endap dan memalingkan wajah agar tidak ketahuan. Tetapi itu sia-sia saja. Mereka mengagetkanku saat aku hendak melangkahkan kaki ke dalam WC. Mereka memegangiku sementara aku diguyur air di dalam WC. Aku merasakan air itu dingin.. dingin sekali. Bajuku basah, mereka menertawaiku dan meninggalkanku begitu saja. o iya, sebelum mereka pergi ketua dari geng itu bilang
 "Awas saja ya, kalau lo deketin Hadi, kamu akan menyesal dari hari ini".
 "Memangnya ada apa dengan Hadi?".
 "Jangan pura-pura ga tau ya, lo itu sering pulang bareng dia!"
 "Aku pulang bareng karena dia yang minta".
 "Bohong! Mana mungkin dia pulang bareng kutu buku kaya lo!"

Kemudian, kami saling beradu mulut sampai seorang temannya berbisik
 "Ratna, Kita beri dia pelajaran."
 "Ide bagus."
Tiba-tiba, mereka menyeretku masuk ke WC lagi dan mencelupkan kepalaku ke dalam toilet. Karena aku Mengidap penyakit asma, ak tidak tahan lagi dan aku pun pingsan karena kekurangan oksigen. Mereka menghentikannya, mereka mengira aku sudah mati. Mereka pergi dari WC dengan takut karena telah membunuhku. Kepalaku masih di dalam toilet dan akupun kehabisan nafas. Badanku terasa hampa, aku melihat cahaya yang terang di dalam kegelapan. Aku merindukan bibi yang sepertinya khawatir dengan aku. Cahaya itu semakin terang, aku terbangun dengan nafas terengah-engah dari tempat tidur.
 "Terimakasih tuhan, aku masih hidup sampai sekarang. Aku ingin bisa membahagiakan orangtuaku, bibi dan yang lainnya."


Nama Anda
New Johny WussUpdated: 12:10 AM

0 comments:

Post a Comment

Powered By Blogger
Powered by Blogger.
CB